Pages

Kamis, 25 Juli 2013

Kultwit Cuma ada di Indonesia?

3
Bandung - Bagi mereka yang aktif di jagat Twitter pasti sudah tak asing dengan istilah kultwit, yaitu tweet beruntun yang membahas satu topik tertentu. Diyakini bahwa kultwit cuma ada di Indonesia. Apa iya?

Nah, inilah salah satu topik yang turut dicuatkan dalam diskusi santai acara Ngabubur-IT di Gedung Baros Informasi Teknologi Creative (BITC) Cimahi, Bandung, Kamis (25/7/2013) petang.

Puluhan anak muda dari berbagai universitas dan komunitas ngumpul bareng jelang buka puasa di acara yang mengambil tema mengambil tajuk 'Internet & Edukasi Publik' tersebut.

Hadir menjadi narasumber yaitu 'profesor internet' Onno W. Purbo, Direktur Common Room Network Foundation Gustaf H. Siregar dan Penggiat IT dari Internet Sehat, Acep Syaripudin.

Dalam diskusi ini, Gustaf menuturkan bahwa internet hingga saat ini masih saja terus memberikan kejutan-kejutan baru bagi penggunanya. Baik dari sisi konten, aplikasi, penggunaan hingga dampak yang bisa ditimbulkan.

"Kalau dulu, untuk bertukar informasi melalui pager, itu pun terbatas. Sekarang, setiap orang punya kanal yang beragam untuk bertukar informasi, mulai dari SMS, Twitter, Facebook, Path, dan lainnya" ujar Gustaf.

Namun meski informasi sangat mudah diperoleh, namun di belantara internet, keabsahan dari suatu informasi menjadi sangat luas nilainya. Apa yang kita baca bukan lagi representasi dari kenyataan. Harus lihat dulu, siapa yang mengeluarkannya.

Perkembangan internet pun kini bisa memunculkan pekerjaan-pekerjaan baru yang sebelumnya tak terpikirkan seperti buzzer. "Sekarang ini ada buzzer. Kerjanya cuma ngetweet, tapi digaji. Besarnya bayaran tergantung follower. Makin banyak makin mahal. Ada juga istilah selebtwit," tutur Gustaf.

Penggunaan sosial media di internet pun terus berkembang dan memunculkan hal-hal baru seperti misalnya di Twitter, dimana ada kultwit -- yang menurut Gustaf -- tak dilakukan oleh pengguna Twitter di negara lain.

"Cuma di Indonesia ada kultwit. Twitter hanya dirancang untuk 140 karakter, tapi di Indonesia tetap bisa dipakai dengan bentuk kultwit yang kemudian menghadirkan chirpstory," jelasnya.

Gustaf mengatakan, dengan adanya internet, kini jarak bukan lagi kendala untuk mengembangkan sesuatu. Seperti misalnya mengembangkan musik, yang bisa go international melalui media internet seperti mySpace atau YouTube.

Ia pun mencontohkan, band asal Ujungberung Bandung, Burgerkill yang bisa populer di luar Tanah Air bahkan hingga mendapatkan penghargaan dari London.

"Bagaimana mengembangkan potensi di internet itu penting," katanya.

Sementara itu, Onno Purbo menuturkan dengan begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dari internet, sudah seharusnya pemerintah bisa memberikan fasilitas internet murah bagi seluruh warganya.

"Internet sebagai media edukasi harus bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat," tutur mantan dosen ITB ini.

Acara yang didukung oleh Common Room, Xl Axiata, Norton, Blogvaganza, IDC Indonesia, Internetsehat.org dari ICT Watch, dan detikINET ini pun diisi dengan diskusi, sharing dan tanya jawab yang kemudian ditutup dengan buka puasa bersama.

(tya/ash)

26 Jul, 2013


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656095/s/2f2bda3b/sc/23/l/0Linet0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A70C260C0A911540C23150A0A50C3980Ckultwit0Ecuma0Eada0Edi0Eindonesia/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

0 komentar:

Posting Komentar